Senin, 01 Mei 2017

Catatan November Kemarin

oh, hai!

lama tidak menggerakkan jemari di kolom entri blog ini. sebelum tulisan ini, sebenarnya ada beberapa tulisan yang aku buat. tapi belakangan ini memutuskan mana tulisan yang harus di publis mana yang disimpan menjadi persoalan yang perlu dipertimbangkan rasanya. jadilah mereka hanya terismpan di barisan draft. tapi yang ini aku rasa tidak masalah, hanya akan ada beberapa cerita yang ingin aku ceritakan.

tulisan yang aku tulis terakhir adalah tentang bagaimana aku menghabiskan malam minggu yang sepi damai disebuah tempat makan bersama si hijau kesayanganku. pada akhir paragraf aku menuliskan harapan..

"semoga selanjutnya bukan dengan si hijau aku menghabiskan malam minggu...."

dan itu sungguh terjadi.
aku benar-benar tidak pernah lagi menghabiskan malam minggu dengan si hijau. bukan hanya malam minggu, malam senin, malam selasa, semua malam. bahkan siang haripun. Si hijau hilang.
hilang, benar-benar hilang secara harfiah. benar-benar singkat. takkan kuceritakan secara detail, buat apa mengungkit yang sudah hilang. aku berusaha ikhlas.

sempat terlintas pemikiran kekanakan:

bahkan si hijau pun malas menghabiskan malam minggu bersamaku, dan memilih pergi..

ya namanya juga orang berduka, yang tidak masuk akal saja kadang bisa dia percaya. aku hanya masih terluka. ah, padahal tadinya bukan ingin menulis tulisan cengeng begini.
yasudah, mungkin sudah selesai misi si hijau untung menolong dan menemaniku, mungkin dia pulang ke pelanetnya berkumpul dengan keluarganya. akan aku buat pemikiran seperti itu.

kemudian, setelah kepergian si hijau. banyak kerepotan-kerepotan yang harus aku hadapi sebab tidak ada partner yang memediai semua pekerjaan. pinjam sana pinjam sini. dari belum lagi kita harus sabar menunggu yang mau kita pinjami dengan sabar, menunggu pekerjaannya selesai dulu baru kita bisa pakai. yah.. namanya juga pinjam.

dari kejadian ini aku jadi punya pemikiran, mungkin kemarin aku kurang bersyukur. bukan kemarin-kemarin aku tidak senang punya si Hijau, hanya kadang terlintas ingin yang baru. perihal tidak bersyukur, manusia memang selalu seperti itu bukan? ah aku yakin aku bukan satu-satunya manusia yang merasa menyesal setelah kehilangan.

aku jadi teringat 4 skenario yang pernah kubaca di blog seseorang sebelum ini, ada 'sesuatu' yang ingin kubagi tentang skenario ini, sebab, sungguh, sudah kurasakan sendiri..


Skenario 1

andaikan kita sedang naik kereta ekonomi. kita tidak kebagian tempat duduk dan akhirnya kita berdiri di gerbong tersebut. suasana cukup ramai meskipun masih ada ruang untuk kita menggoyang-goyangkan kaki. kita tidak menyadari handphone kita terjatuh. ada orang yang melihatnya, memungutnya dan langsung mengembalikannya pada kita.
"pak, handphone bapak barusan jatuh", kata orang tersebut seraya mengembalikan handphone kepada kita. apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut? Mungkin kita akan mengucapkan terimakasih dan berlalu begitu saja.

Skenario 2

handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihat dan memungutnya. orang itu tahu handphone itu milik kita tapi tidak langsung mengembalikannya.hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari handphone kita hilang. sesaat sebelum turun dari kereta, orang itu mengembalikan handphone kita sambil berkata, 
"pak, handphone bapak tadi jatuh", apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut? mungkin kita akan mengucapkan terimakasih juga kepada orang tersebut. rasa terimakasih kita bisa jadi lebih besar daripada yang kita berikan kepada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone kepada kita). setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3

pada skenario ini, kita tidak sadar handphonekita terjatuh, hingga kita menyadari handphone kita tidak lagi ada di dalam kantong saat turun dari kereta. kitapun panik dan segera menelpon ke nomor handphone kita, berharap ada orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia mengembalikannya kepada kita. orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak langsung mengembalikan handphone tersebut) menjawab telpon kita.
"halo, selamat siang pak. saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang", kita mencoba bicara kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati memberikan handphone itu kembali kepada kita. orang yang menemukan handphone tadi berkata,
"oh, ini handphone bapak? oke nanti saya akan turun di stasiun berikut. biar bapak ambil disanan nanti ya.".
dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan kitapun pergi ke stasiun berikut dan menemui "orang baik"  tersebut. orang itupun mengembalikan handphone kita yang telah hilang. apa yang kita lakukan kepada orang tersebut? satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terimakasih dan sepertinya akan lebih besar daripada rasa terimakasih kita pada skenario dua, bukan? bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan handphone kita tersebut.

Skenario 4

kali ini, kita tidak tersadar kalau handphone kita terjatuh, kita turun dari kereta dan menyadari handphone kita telah hilang, kita mencoba menelpon tapi tidak ada yang mengangkat. sampai akhirnya kita tiba di rumah. malam harinya kita mencoba mengirimkan pesan,:
"Bapak/Ibu yang budiman, saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak/ibu sekarang. saya sangat mengharapkan kebaikan bapak/ibu untuk dapat mengembalikan handphone itu kepada saya."
pesanpun dikirim dan tidak ada balasan. kita sudah putus asa. kita mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di handphone itu. ada banyak kontak teman kita yang ikut hilang bersamanya. hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone kita menjawab pesan kita, dan mengajak bertemu untuk mengembalikan handphone kita. Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut? kita pasti akan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya, dan mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih berharga daripada yang kita berikan di skenario tiga).


ada hal "aneh" disini. coba pikirkan, siapakah orang yang paling paling baik di antara empat skenario tersebut? tentunya yang menemukan dan langsung memberikan handphone kita, bukan? dia adalah orang pada skenario pertama. namun ironisnya, dialah yang menerima reward paling sedikit diantara empat orang di atas. sementara orang yang paling lama mengembalikan handphone itu kepada kita malah kita berikan reward paling besar. kenapa? sudah kubilang, perkara manusia..

"merasa memiliki, saat kita telah kehilangan"


rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap skenario. pun pada skenario perihal perasan. ada kala kita mengabaikan yang kita miliki, merasa dia akan kembali lagi sebab seperti itulah 'seharusnya' menurut kita. kemudian dia menghilang dan sedikit lebih jauh, namun masih bisa kita gapai, kita belum melakukan apa-apa, lebih jauh, lebih jauh lagi hingga sebelum sempat kita sadari dia jarak sudah terlalu jauh memisahkan. beberapa orang, akan menyangkal bahwa ia merasa kehilangan. namun BUKAN berarti di tidak merasakannya. kehilagan, adalah masa yang berada tepat ketika kita mulai merasa terbiasa tanpa perasaan bersyukur. kehilangan selalu datang bersama keresahan dan harapan untuk mendapatkannya kembali, yang barulah mengajari kita artinya menghargai. sebab beberapa dari kita baru merasa memiliki, saat setelah kehilangan.



ditulis November 2016



catatan: baru dipublish setelah lama menjadi draft dan diedit ulang. tulisan yang sedikit cengeng tapi, hey, senang bisa kembali menulis.

- N :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar