Jumat, 16 September 2016

Buka Mulut


ini kamu,

yang pura-pura tidak lihat aku

siluetmu kutangkap jelas, tapi kamu sembunyi

kamu sembunyi, tapi sembunyikan apa?

oh iya, kamu sembunyikan mata

sebab saat ini kamu hanya ingin melihatnya

lalu kepadaku mendadak buta, tuli, bisu

yasudah, jangan lihat aku

atau biar aku bantu, aku pindah ke planet lain kalau kamu mau

hanya sebelumnya, sejelas-jelasnya aku harus tahu

sebab menduga-duga itu serasa menggenggam sembilu

jadi coba jawab dulu..

..benar begitu maumu?




Rabu, 14 September 2016

Sudah kutitipkan padanya

aku tau, hari ini yang menimpamu apa

aku tau kemungkinan reaksimu bagaimana

aku ingin disana

memelukmu kalau bisa

ah, tidak, memelukmu terlalu imaji, diam disampingmu saja 

lalu mendengarmu memangil namaku lesu, tak apa, bersedihlah sebentar

tak kularang kamu marah, mengumpatlah! biar, biar terlampiaskan

kemudian aku ingin memuji menyemangati, bahwa kalah bukan tandingan untukmu menyerah


sayang, itu cuma khayal dalam kepala, nyatanya menanyakan keadaanmu saja aku tak tega. hanya ku dapati kabarmu lewat beranda, lewat yang mengenalmu.

tak apa, sudah kutitipkan khawatirku padanya, pada yang kamu cinta. semoga dia ada disana, memelukmu erat, mengelus lebut punggungmu, melakukan yang aku tidak bisa. lalu kuharap kamu tenang oleh sebab ada dia disampingmu. kemudian kamu kuat.
kalau dia tak melakukan bilang padaku, nanti kuganti berkali lipat.




                 -  14.09.16 jangan lupa makan dulu, siapkan tenaga untuk menghadapi lagi pengujimu.
                     tak perlu minta aku mendoakan, sebab selalu kulakukan.



Minggu, 11 September 2016

Bagaimana Kabarmu?

Bagaimana kabarmu?
Sudah gelap disini, senja terkantuk-kantuk pada selimut barat. Pada sebidang tanah yang berujung mendung.

Bagaimana kabarmu?
Pohon-pohon bertudung langit disini, tertanam urat-urat hidupnya pada bumi; pada sebidang gelisah lahan basah.

Bagaimana kabarmu?
Aku sedang merapihkan rindu, melipatnya bersama waktu, dan sibuk meramalkan kapan kita akan bertemu.



kebetulan ditulis sambil sakit gigi
11.09.16





via: http://karyasenja.tumblr.com/page/2

Sabtu, 10 September 2016

Sepi

Sepi adalah ramaimu yang mendadak pergi.

Sepi adalah tempat dimana aku tanpamu menepi.

Sepi adalah tujuh hari tanpa langkah kakimu menghampiri.


Sepi adalah melepaskan setiap memori tentangmu di kepala ini.


Sepi adalah gema hati yang memberisikan diri, meronta-ronta agar kau jangan pergi.


Sepi adalah bagian molekul hati yang melepaskan diri mencari pengganti.


Sepi adalah tak ada ponsel berbunyi pertanda kau tak ucapkan selamat pagi di dini hari.


Sepi adalah makanan paling hambar yang pernah aku cicipi.


Sepi adalah ketika dalam harimu aku sudah terganti.


Sepi adalah ia tiba bukan denganku tapi dengan perempuannya.

Sepi adalah aku yang duduk sendiri di teras rumah, tempat aku jatuh hati padamu berkali-kali.


Sepi adalah kepalaku yang menyeretmu dari ingatan masa lalu di tempat-tempat tertentu.


Sepi adalah menyuruh hati ini diam sebab ia merengek rindu.


Sepi adalah sang waktu yang meminta perhatian agar bisa berdua saja dengannya.

Sepi adalah hadiah, sebab kalau musibah pasti berbondong-bondong orang ramai menontoni.


Sepi adalah yang harus dirayakan dengan mewah, supaya hidup tetap terlihat meriah.


-

di bawah pendar senja dan bising keramaian
Bandar lampung, 2016