Minggu, 12 April 2015

Kita Semua Jatuh Cinta Dengan Alien

"Yang cewe bete nungguin cowo nggak peka-peka.
Yang cowo bingung nungguin cewe ngga ngomong-ngomong.
gitu aja terus sampe ladang gandum dihujani meteor coklat
dan jadilah Coco Crunch" -


Pasti pernah dengar quote itu.
dan ya! itu 90% terjadi di dunia nyata.

Ketika masih anak-anak komunikasi adalah hal yang mudah. Saat anak-anak ita mampu mengerti begitu banyak hal baru, dan kita menyukainya. dimana kita mendapatkan hal-hal baru dengan pemahaman yang begitu mudah. Dimana kita merasa puas ketika orang lain mengerti apa yang berusaha kita sampaikan. Anak-anak adalah komunikator yang handal.

Mereka hanya perlu mengatakan apa yang sebenarnya. Tanpa harus memikirkan kemungkinan selanjutnya. Tanpa harus memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari apa yang kita katakan. Tanpa harus memperdulikan pandangan orang lain dan harga diri. Begitu mudah untuk memahami satu sama lain.

Tapi akan berubah ketika kita tumbuh dewasa. Pelajaran, pemahaman, kehidupan, semua akan seemakin sulit dimengerti. Termasuk dalam berkomunikasi. Maka kutipan di atas bukanlah hal tabu. Hal tersebut pasti akan kita alami ketika tumbuh dewasa.

Alasan mengapa ketika dewasa Pria dan Wanita sering bertengkar adalah...
Karena mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda.

Mungkin ini yang dimaksud John Grey mengapa Wanita berasal dari Venus dan Pria berasal dari Mars. Bukan bentuk tubuh atau asal tempat tinggal yang jadi pokok permasalahannya, tapi adalah bahasa yang mereka gunakan.

semakin kita dewasa akan semakin rumit pemahaman komunikasinya. Mereka akan berkomunikasi dengan bahasa asal planet masing-masing. semakin dewasa, akan semakin terlihat bahwa Wanita memang dari venus dan Pria memang dari mars. Tapi sesulit apapun, Pria dan Wanita akan selalu saling jatuh cinta. hidup kadang selucu itu.

Maka untuk mendewasakan cara berkomunikasi, kita harus menangkap setiap kata, setiap ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang lawan bicara kita buat.
Karena ketika kita dewasa. Kita akan jatuh cinta dengan alien.



xx
ney.

Sabtu, 11 April 2015

Jatuh dan Cinta

bab 1: Halo! Pria Risa


Tadi aku berpapasan dengan Laki-laki pemilik mata sayu. Kemeja bergaris horizontal berwarna ungu muda yang lembut. begitu cocok dengan kulit hitam manisnya. Lengan kemejanya digulung sampai siku. membuat urat menonjol dan lengan berototnya sempurna terpamerkan.
Aku menyapanya, dia balas menyapaku. Bergurau singkat, lantas pergi. Aku masih memandangi punggungnya hingga mengecil dan menghilang.

-dulu betapa jantungku akan berdebar, keringat akan mengucur di dahiku, lututku terasa mengeritin. Lemas, seperti akan jatuh terduduk lalu meloncat bahagia. Pria yang selalu mampu membuatku takjub.

Sayang itu satu tahun yang lalu.

ya, dulu kami pernah saling mencintai, atau setidaknya begitu menurutku. Canda tawa kami selalu membuat iri. Sapaan selamat pagi menjadi tujuan menjalani hari. Betapa hari-hari yang bahagia, setidaknya begitu menurutku.

sampai hari menyakitkan itu datang.

datang bagai benang yang menggontai ganjil. Begitu aku tarik ujungnya, benang itu sempurna melilitku. Semakin aku meronta, semalin kencang menyesakkan dada.
Priaku -pria pemilik mata sayu. Aku melihatnya sedang bercengkrama dengan seseorang yang aku ketahui sebagai mantan kekasihnya. Hatiku bagai disayat perlahan. Sayatan yang panjang.

Hari itu aku terluka. Tidak Dalam. Hanya amat menyakitkan.
Tapi aku jauh dari kata menyerah. Aku bahkan tidak marah, hanya satu - dua titik air mata. Aku memilih membisu, membuta, menuli, membekap luka. Aku memaafkan. tidak satu helaan nafaspun aku keluarkan dari mulut tentang kejadian itu. Kami kembali saling mencintai, kembali menjalani hari-hari bahagia. setidaknya begitu menurutku.

Seolah belum cukup, kejadian itu melintas lagi di depan mataku. Kali ini dengan pernak pernik yang membuat lebih dalam lukaku. Aku menemukan potongan cerita yang Priaku sembunyikan dengan rapih. Priaku dan -seseorang yang aku ketahui sebagai mantan kekasihnya- kudengar merajut kembali ksah cinta mereka sejak 3 bulan terakhir. dan aku mengetahui ini ketika usia hubungan kami menginjak bulan ke dua.
sungguh, seketika seperti desingan peluru baru saja melintas di samping telingaku. Kali ini aku tak kuasa menahan. Air mataku membuncah, dadaku sesak. Tiba-tiba dunia menggelap. Hitam. Benar-benar patah hati terhebat

***

Sekarang aku disini, dihari aku berpapasan dengan Pria pemilik mata sayu. Dengan kemeja bergaris yang dikenakannya. Tentusaja, itu Priaku. Dulu.
Bukannya kesengajaanku berpapasan dengannya. Ayolah, itu sudah satu tahun yang lalu. Aku sunggug ada janji dengan seseorang. Belakangan aku akrab dengan salah satu teman sepermainannya. Yang belakangan juga aku tau mereka asalah teman akrab sejak awal menginjak kampus ini.

Pria yang Ramah. Kami akrab lewat hobi kami yang (kebetulan) sama. Membaca buku. Selera humornya yang tinggi membuat kami cepat akrab. Dan hari ini dia ingin aku meminjamkan salah satu koleksi novel favoritku. Maka aku datang ke tempat mereka biasa berkumpul. Jadi wajar saja kalau aku berpapasan dengan Pria pemilik mata sayu.

"baru kelar kuliah gua, Ris!" Pria ramah itu tiba-tiba saja muncul dari -entah darimana-.

"oh, iya. Ini nih buku yang kemaren gua omongin". aku menjawab sekenanya.

"oke sip. Abis ini ada buku selanjutnya, kan? katanya menyeringai jahil.

aku membalas jahil "ada. tenang aja. ntar akhir bulan tinggal itung aja total sewanya." kami lantas tertawa.

Tak lma suara deruman motor memecah tawa kami. Itu Pria pemilik mata sayu, dan hey, aku mnangkap siluet seorang wanita di jok belakangnya. Entahlah, mungkin pacar barunya. Aku lantas menyapa manis -sedikit menggoda- sambil memberikan sesimpul senyum. Pria ramah menatapku sedikit canggung. Tentusaja, dia tau semuanya. Mereka teman dekat. Sudah sepantasnya mereka berbagi cerita, termasuk kejadian satu tahun yang lalu. Tentang patah hati terhebatku.

Tapi Lihatlah! sekarang aku sunggu baik-baik saja. Bahkan setelah melihat Priaku dulu sudah menemukan wanita barunya. Aku tak seujung kuku-pun terluka. Betapa aku bangga, aku sudah mampu berdamai dengan masa lalu.

"Ada buku baru tau, Ris! Judulnya from zero to hero. Gua liat di twitter si kayaknya bagus." Suara bersemangat itu tiba-tiba memecah lamunanku. Jelas sekali, Pria ramah berusaha mencairkan suasana.

"ya tah? beli geh!!" aku berseru.

"biar lo bisa pinjem? pinteeeerrr..." aku mengangkat bahu, menyeringai.

"yauda ntar awal bulan gua beli biar kita bisa baca." katanya kali ini lebih serius.

aku meliriknya, "awas kalo boong. yauda sekarang baca yang ini aja dulu. jangan lama-lama! bacanya urutan! jangan nganclong-nganclong biar daper sensasinya." kali ini dia tertawa lebih riang, seperti anak kecil sedang senang.

"iya-iya. gua tau kok peraturan baca novel." katanya sok tahu.

air mukanya belum berubah, masih terlihat ekspresi senang di wajahnya. aku menatapnya lamat-lamat. Ada garis-garis melengkung di sudut kelopak matanya saat tersenyum. Kumis tipisnya menyenangkan sekali untuk dilihat, dan oh, dia punya dua lesung pipi yang cukup dalam. matanya juga teduh. Wajah yang menyenangkan.

satu... dua... tiga... Tiba-tiba akua sadar ada yag mendobrak-dobrak sedari tadi. Semakin aku abaikan semakin menjadi-jadi. Semakin kuat, semakin cepat. rasanya seperti akan menembus dadaku. Detaknya terasa sampai ke ubun-ubun. Belum selesai aku menduga-duga, aku menangkap sepasang bola mata yang melihat kearahku.

"sial! tatapan itu!" desisku dalam hati.

"Gua bawa dulu ya, Ris?" katanya tersenyum manis.

"Iya, selow aja..." kataku sok santai sambil menepuk-nepuk pundaknya

... lantas ia pergi.

Lututku Keriting! Sendiku kaku! Belum lagi detak yang semakin cepat membuat udara sekitar menjadi panas. Padahal dari tadi angin kencang pertanda akan hujan berkali-kali berhembus. Konyol! Apa-apaan ini! aku menyumpahi diriku sendiri.

Baru saja aku berdamai dengan masa lau tentang Pria sayu dan patah hati terhebatku.
Sekarang aku jatuh cinta pada sahabatnya?!



Bersambung...