Selasa, 07 Agustus 2018

Kutub Kembar

kita pasti selalu memiliki teman, yang sangking akrabnya sudah seperti dua kutub magnet kembar; tolak menolak


“jar, lo dimana?” suaraku tersenggal. “di warnet, ney. Kenapa?”

Fajar satu-satuya yang mengangkat panggilanku diantara tiga yang lain. 

Malam itu hampir pukul sepuluh, angin di luar Gedung Rumah Sakit lumayan deras. Aku lima belas tahun, Fajar enam belas. Tidak perlu bilang dua kali, Fajar datang dengan motor Supra X kebanggaanya seperti dikejar setan. Rambutnya yang kribo mengembang begitu helm dilepaskan. Menghampiriku yang celingak-celinguk. Isi kepalaku cuma ada ruang ICU.

“Sori ya, jar. Cuma lo yang ngangkat telpon”. Ucapku dengan nada menyesal sungguhan.

“selow si brut- (panggilan akrab kami), kaya sama siapa aja” kau bilang waktu itu.

“bawanya pelan aja, brut” ucapku santai, kali ini aku bohong. Aku tidak ingin fajar dikejar perasaan panik.

“iya, brut” katanya, juga berbohong, Ingin membuatku merasa tenang.

Aku mantap duduk di atas motornya, hanya satu detik kemudian motornya melesat hingga 110km/jam. Tidak ada satupun dari kami yang tidak panik malam itu. Malam itu aku lima belas tahun, Fajar enam belas. Membelah jalan raya, hampir menabrak truk kuning yang parkir di bahu jalan. Menempuh belasan kilometer menuju rumahku hanya untuk menghidupkan lampu dan mengunci pintu gerbang. Kemudian kembali mengantarku ke Rumah Sakit. 

Tidak sampai dua puluh menit, kami sudah sampai lagi di Rumah Sakit. Kami berjalan cepat sambil membawa dua gembolan, yang satu isi pakaian yang satu selimut.

“makasi ya brut!” ucapku lega. 

Setengah sebelas lewat sudah, kusuruh Fajar langsung pulang kerumahnya. Besok harus kutraktir si Fajar di kantin Bi Yuli, ucapku dalam batin. Besoknya, aku tidak mentraktir Fajar. Aku bukan lupa, apalagi berbohong. Aku tidak masuk sekolah.

Malam itu, tepat setelah berbalik badan melambaikan tangan pada Fajar, Ayah sudah menunggu, Raut wajahnya cemas tapi juga seperti orang yang ikhlas

“Nenek sudah ngga ada, mba” rasanya desingan peluru melintas di samping telingaku.

Nyawaku masih tertinggal di atas laju pesat motor Fajar dengan perasaan semangat dan tidak sabar.. karna malam itu kupikir akhirnya aku berhasil mematahkan alasan Ayah untuk pulang dan menginap di rumah sakit menemani nenek yang sejak kemarin malam dipindah ke  ICU setelah tiba-tiba dua hari tidak siuman. Yang pada akhirnya, berkat bantuan Fajar, aku benar menemani nenekku malam itu. Menemani jasadnya untuk terakhir kali.

“Ikhlas, ney. Allah lebih sayang nenek lo” begitu Fajar balas pesanku malam itu.

September 2011. Usiaku lima belas tahun, Fajar enam belas. Aku merasakan Fajar sudah paham memilah mana yang baik untuk dibicarakan mana yang tidak sejak Ia memilih untuk tidak lagi meledekku dengan “cucu nenek, kecup, kecup, kecup” seperti Patrick kalau sedang meledek Spongebob setiap kali aku tidak ikut main dengan teman-teman di hari Minggu, demi menjaga perasaan kawannya.

Tujuh tahun lalu, Saat usiaku baru lima belas tahun, Fajar enam belas. Nalarku mulai belajar bahwa tuhan juga memberikan makhluknya rejeki berupa kawan yang baik.

Hari ini, 7 Agustus 2018, Fajar dua puluh tiga tahun aku dua puluh dua. Dari 18429012 bantuanmu ini yang paling depan di barisan memoriku. masih kau ingat momen ini, jar?

Walaupun sudah lewat satu minggu, tapi, Selamat Ulang Tahun, Jar! Tadinya Aku berniat posting tulisan ini di Instagram tepat hari ulang tahunmu tapi karna rasanya terlalu cringe kalo dilihat banyak orang maka kuurungkan niatku, Haha. Jadilah setelah berhari-hari tertumpuk di dalam folder dokumen bersama draft tulisanku yang lain, kuputuskan untuk kuposting di blog pribadi karna pasti bahkan Kau sendiri pasti tidak baca-kalau tak kuberi tahu- apalagi orang lain.

Semoga segera kau jadi orang sukses, bandari kita semua makan di restoran macam Paciffic Place setiap minggu. Supaya jangan ke tempat Agung terus kalau kumpul, malu dengan Ibunya- makanannya kita yang habiskan. Kuberi kau satu saran supaya kolesterol tinggimu berkurang: jangan marah-marak kalau kita janjian dan kau datang paling duluan, salah kau sendiri, semacam baru kenal tiga minggu. Jangan bosan dulu kau kurepotkan, Belum dapat jodoh aku. Mhahahahaha




XOXO
ney