Sabtu, 09 Desember 2017

1 tahun 4 bulan 7 hari

aku tidak lelah menunggu, tidak lelah berharap
hanya terkadang aku bingsal tidak berada didekatmu
sebab kamu malu-malu -aku kadang terburu-buru
rasanya ku ingin tarik lengan bajumu
bertanya untuk siapa itu, tiap kau tulis sajak manis
aku tidak lelah menunggu, tidak lelah menduga-duga
hanya kadang aku bingsal tidak bisa menggenggam tanganmu
tapi memangnya, kalau dekat aku berani pegang tanganmu?


sekian
tidak panjang-panjang
sebab ditulis dikantor



Rabu, 08 November 2017

NAIVE

I want
live this life as a naive
see everything as a delightfull things
think possitively
to whatever we through or
whoever we met
feel happy to every simple things
even when hard thing comes as it
would break a whole I had, I
just remain that was a bad day
not a bad life
but life
never let me be
or simply, i never let me be
'cause i was.
and it left me an undescribable scar.

Sabtu, 20 Mei 2017

dialog dalam cermin





pada suatu pagi, aku sengaja memilih jalan memutar sebab-entah-kenapa, aku hanya ingin menyapa kawan lama yang dulu aku mengingatnya hanya setinggi pinggangku ketika pertama aku bertemu dengannya. sudah entah kapan aku terakhir melihatnya. kemudian teringat, dulu sekali saat tempatnya masih menjadi tanah kosong, aku dan nenek sering berjalan memutar sekedar menghabiskan waktu menunggu senja tenggelam. 

dulu, jalanan masih sepi, tempatnya juga masih serupa tanah kosong yang penuh dengan semak-semak.
sampai suatu hari, setelah sekian lama aku dan nenek kembali memilih jalan memutar, aku pertama kali melihatnya. tanah kosong bersemak itu sudah disulap menjadi tempat bangunan rapih dan dihiasi taman yang luas. disitu, aku pertamakali melihat tubuh rampingnya, berdiri didekat pagar yang kemudian melambai ramah kearahku. yang kemudian entah mengapa aku merasa semesta bukan tanpa alasan mengirimkannya untuk bertemu denganku.

sekarang sudah bertahun sejak saat itu, dulu aku masih sesekali lewat depan rumahnya sengaja hanya untuk melihatnya, disana ia selalu berdiri tepat di tempat pertama kali kami bertemu. bukan main, setiap aku melihatnya ia selalu lebih tinggi dari sebelelumnya, selalu semakin mempesona. namun sedikitpun dia tak congkak, masih selalu terlihat ramah dan ceria melambai lembut padaku. aku merasa malu sekarang sebab dulu sempat iri padanya. tapi dulu kita hanya anak-anak, begitu mudahnya perasaan iriku luntur oleh sebab senyum dan sapaannya.

hari ini, aku kembali ingin melihatnya, kakiku melangkah sedikit tidak sabar. aku yakin sekali tingginya sekarang sudah dua kali lipat tinggiku atau bahkan lebih. sudah terbayang betapa ia pasti sudah tumbuh jauh lebih mempesona. aku mempercepat lagkahku yang kemudian membawaku pada pagar tembok itu, benar apa perkiraanku! bahkan aku sekarang bisa melihatnya dari pagar samping. aku berlari kecil ke pagar depan rumahnya untuk melihatnya lebih jelas. senyumku melebar saat melihatnya dengan jelas, tapi aku merasa ia seperti tidak mengenaliku. yah.. memang aku 'agak' berubah dari sebelumnya.

tapi sepertinya memang ada yang berbeda dengannya, entah apa yang membuatku merasa ia tak memancarkan pesona seceria saat-saat kami masih belum mengenal malu. kemudian hari itu akulah yang menyapanya lebih dulu, meniru saat-saat dia melambai ramah kepadaku. untungnya ia masih mengenalku, aku memperhatikannya, padahal kini bunga-bunganya jauh lebih banyak dari dulu batangnya yang kokoh dan kuat menopang tubuhnya untuk terus bertumbuh tinggi. tapi tetap aku melihatnya tidak sama seperti yang ada di dalam imajiku. dia sekarang lebih seperti menyimpan malu, bersembunyi dibalik daun-daunnya sendiri.

kemudian setelah itu aku tau. dia bercerita, ia iri pada para Mawar, sebab warnanya yang cerah membuat para kupu-kupu selalu lebih tertarik dengan mereka. lalu ia iri pada para Melati sebab badan mereka mungil tapi mempunyai aroma harum yang kuat sehingga membuat para lebah tak urungnya jatuh cinta. juga pada lily sebab bunganya yang besar, tingginya yang tidak begitu menjulang dan batang mereka yang lembut membuat kumbang lebih memilih terbang didekat mereka. ia mengeluhkan batang kayunya yang keras yang tidak berhenti membuatnya tumbuh tinggi dan bunga-bunganya yang tak memiliki wangi. temanku, sang Kamboja , bersedih oleh sebab ia merasa tak semenarik bunga lainnya. 

aku merasakan kesedihannya, namun aku tak tahu harus menyampaikan apa, jadi aku hanya memberinya senyum dan memuji pesonanya sebagaimana aku merasa ia memang mempesona. kemudian aku berjalan pulang, aku mengambil jalan lurus melewati pagar depan rumahnya, samar-samar aku mendengar suara ribut yang datang dari sekelompok mawar. mereka meributkan betama mereka meresa iri pada temanku sebab mereka merasa angin pilih kasih kepadanya, hanya kepada Kamboja ia menghembuskan belaian lebih kencang karena Kamboja memiliki batang yang tinggi. juga tentang betapa mereka membenci diri mereka sebab memiliki duri dan ujung daun yang tajam.

aku mendengarkan gunjingan mereka, tapi aku memilih untuk tidak ikut campur. aku masih berjalan melewati pagar depan. kemudian aku tak jauh, mendengar Asoka sedang mengeluh, berharap mereka terlahir sebagai Teratai karena memiliki batang yang kuat walaupun hidup mengapung diatas air. mereka mengeluhkan batang-batang bunga mereka yang rapuh dan rontok ketika terkena tetesan hujan. aku memandangi Asoka yang kulihat tak berkurang kecantikannya walau beberapa bunga dari setiap gerombol-gerombolya ada yang rontok.

aku mulai tergelitik, ada yang harus diluruskan disini. semua bunga mengeluhkan bagaimana mereka merasa tidak lebih menarik dari bunga lainnya. sementara satu sama lain saling merasa iri karena merasa kekurangan.

 "aku harus menyampaikan ini pada Kamboja!" seru hatiku saat itu

kemudian aku berlari memutar arah kembali ke rumah Kamboja, yang tiba-tiba sebatang kaktus besar menyapaku. menanyaiku apa yang membuatku begitu terburu-buru. sebelum kuceritakan kuperhatikan  dia, daunnya yang tebal dan gundul, tak kulihat ada bunga satupun ditubuhnya. lalu dengan setengah sadar aku langsung menanyakan apakah ia tidak ingin menjadi bunga lain, yang setidaknya, lebih cantik. kemudian ia tertawa,

"untuk apa? agar para kupu-kupu dan lebah mendekatiku?" malah bertanya balik padaku

"aku tidak perlu memikat yang tidak tertarik padaku, aku cukup menunggu, aku yakin bungaku akan mekar pada saatnya dan saat itu akan ada kumbang yang datang padaku" jelasnya dengan yakin dan tenang

kemudian aku ceritakan tengtang bagaimana bunga-bunga saling merasa iri yang padahal mereka adalah masing-masing dengan pesonanya sendiri, dan tentang niatku untuk meyakinkan Kamboja, temanku, agar terlepas dari perasaan tidak memiliki pesona lagi. kemudian dengan mengejutkan Kaktus kembali tertawa, tapi yang lebih mengejutkan adalah ucapannya..

"memang kau pikir temanmu akan percaya?" tanyanya sarkas

aku menaikkan alisku heran 

"bukannya kalian manusia para wanita juga persis sama?"

sejak saat itu aku tidak pernah lagi bisa berbicara dengan temanku, serta bunga-bunga lainnya. mungkin saat ini, merekalah yang menjadi saksi betapa wanita mengeluhkan hal yang sama.

Senin, 01 Mei 2017

Catatan November Kemarin

oh, hai!

lama tidak menggerakkan jemari di kolom entri blog ini. sebelum tulisan ini, sebenarnya ada beberapa tulisan yang aku buat. tapi belakangan ini memutuskan mana tulisan yang harus di publis mana yang disimpan menjadi persoalan yang perlu dipertimbangkan rasanya. jadilah mereka hanya terismpan di barisan draft. tapi yang ini aku rasa tidak masalah, hanya akan ada beberapa cerita yang ingin aku ceritakan.

tulisan yang aku tulis terakhir adalah tentang bagaimana aku menghabiskan malam minggu yang sepi damai disebuah tempat makan bersama si hijau kesayanganku. pada akhir paragraf aku menuliskan harapan..

"semoga selanjutnya bukan dengan si hijau aku menghabiskan malam minggu...."

dan itu sungguh terjadi.
aku benar-benar tidak pernah lagi menghabiskan malam minggu dengan si hijau. bukan hanya malam minggu, malam senin, malam selasa, semua malam. bahkan siang haripun. Si hijau hilang.
hilang, benar-benar hilang secara harfiah. benar-benar singkat. takkan kuceritakan secara detail, buat apa mengungkit yang sudah hilang. aku berusaha ikhlas.

sempat terlintas pemikiran kekanakan:

bahkan si hijau pun malas menghabiskan malam minggu bersamaku, dan memilih pergi..

ya namanya juga orang berduka, yang tidak masuk akal saja kadang bisa dia percaya. aku hanya masih terluka. ah, padahal tadinya bukan ingin menulis tulisan cengeng begini.
yasudah, mungkin sudah selesai misi si hijau untung menolong dan menemaniku, mungkin dia pulang ke pelanetnya berkumpul dengan keluarganya. akan aku buat pemikiran seperti itu.

kemudian, setelah kepergian si hijau. banyak kerepotan-kerepotan yang harus aku hadapi sebab tidak ada partner yang memediai semua pekerjaan. pinjam sana pinjam sini. dari belum lagi kita harus sabar menunggu yang mau kita pinjami dengan sabar, menunggu pekerjaannya selesai dulu baru kita bisa pakai. yah.. namanya juga pinjam.

dari kejadian ini aku jadi punya pemikiran, mungkin kemarin aku kurang bersyukur. bukan kemarin-kemarin aku tidak senang punya si Hijau, hanya kadang terlintas ingin yang baru. perihal tidak bersyukur, manusia memang selalu seperti itu bukan? ah aku yakin aku bukan satu-satunya manusia yang merasa menyesal setelah kehilangan.

aku jadi teringat 4 skenario yang pernah kubaca di blog seseorang sebelum ini, ada 'sesuatu' yang ingin kubagi tentang skenario ini, sebab, sungguh, sudah kurasakan sendiri..


Skenario 1

andaikan kita sedang naik kereta ekonomi. kita tidak kebagian tempat duduk dan akhirnya kita berdiri di gerbong tersebut. suasana cukup ramai meskipun masih ada ruang untuk kita menggoyang-goyangkan kaki. kita tidak menyadari handphone kita terjatuh. ada orang yang melihatnya, memungutnya dan langsung mengembalikannya pada kita.
"pak, handphone bapak barusan jatuh", kata orang tersebut seraya mengembalikan handphone kepada kita. apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut? Mungkin kita akan mengucapkan terimakasih dan berlalu begitu saja.

Skenario 2

handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihat dan memungutnya. orang itu tahu handphone itu milik kita tapi tidak langsung mengembalikannya.hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari handphone kita hilang. sesaat sebelum turun dari kereta, orang itu mengembalikan handphone kita sambil berkata, 
"pak, handphone bapak tadi jatuh", apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut? mungkin kita akan mengucapkan terimakasih juga kepada orang tersebut. rasa terimakasih kita bisa jadi lebih besar daripada yang kita berikan kepada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone kepada kita). setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3

pada skenario ini, kita tidak sadar handphonekita terjatuh, hingga kita menyadari handphone kita tidak lagi ada di dalam kantong saat turun dari kereta. kitapun panik dan segera menelpon ke nomor handphone kita, berharap ada orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia mengembalikannya kepada kita. orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak langsung mengembalikan handphone tersebut) menjawab telpon kita.
"halo, selamat siang pak. saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang", kita mencoba bicara kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati memberikan handphone itu kembali kepada kita. orang yang menemukan handphone tadi berkata,
"oh, ini handphone bapak? oke nanti saya akan turun di stasiun berikut. biar bapak ambil disanan nanti ya.".
dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan kitapun pergi ke stasiun berikut dan menemui "orang baik"  tersebut. orang itupun mengembalikan handphone kita yang telah hilang. apa yang kita lakukan kepada orang tersebut? satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terimakasih dan sepertinya akan lebih besar daripada rasa terimakasih kita pada skenario dua, bukan? bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan handphone kita tersebut.

Skenario 4

kali ini, kita tidak tersadar kalau handphone kita terjatuh, kita turun dari kereta dan menyadari handphone kita telah hilang, kita mencoba menelpon tapi tidak ada yang mengangkat. sampai akhirnya kita tiba di rumah. malam harinya kita mencoba mengirimkan pesan,:
"Bapak/Ibu yang budiman, saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak/ibu sekarang. saya sangat mengharapkan kebaikan bapak/ibu untuk dapat mengembalikan handphone itu kepada saya."
pesanpun dikirim dan tidak ada balasan. kita sudah putus asa. kita mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di handphone itu. ada banyak kontak teman kita yang ikut hilang bersamanya. hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone kita menjawab pesan kita, dan mengajak bertemu untuk mengembalikan handphone kita. Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut? kita pasti akan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya, dan mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih berharga daripada yang kita berikan di skenario tiga).


ada hal "aneh" disini. coba pikirkan, siapakah orang yang paling paling baik di antara empat skenario tersebut? tentunya yang menemukan dan langsung memberikan handphone kita, bukan? dia adalah orang pada skenario pertama. namun ironisnya, dialah yang menerima reward paling sedikit diantara empat orang di atas. sementara orang yang paling lama mengembalikan handphone itu kepada kita malah kita berikan reward paling besar. kenapa? sudah kubilang, perkara manusia..

"merasa memiliki, saat kita telah kehilangan"


rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap skenario. pun pada skenario perihal perasan. ada kala kita mengabaikan yang kita miliki, merasa dia akan kembali lagi sebab seperti itulah 'seharusnya' menurut kita. kemudian dia menghilang dan sedikit lebih jauh, namun masih bisa kita gapai, kita belum melakukan apa-apa, lebih jauh, lebih jauh lagi hingga sebelum sempat kita sadari dia jarak sudah terlalu jauh memisahkan. beberapa orang, akan menyangkal bahwa ia merasa kehilangan. namun BUKAN berarti di tidak merasakannya. kehilagan, adalah masa yang berada tepat ketika kita mulai merasa terbiasa tanpa perasaan bersyukur. kehilangan selalu datang bersama keresahan dan harapan untuk mendapatkannya kembali, yang barulah mengajari kita artinya menghargai. sebab beberapa dari kita baru merasa memiliki, saat setelah kehilangan.



ditulis November 2016



catatan: baru dipublish setelah lama menjadi draft dan diedit ulang. tulisan yang sedikit cengeng tapi, hey, senang bisa kembali menulis.

- N :)